SEGENAP KELUARGA BESAR HARIS SUROTO SGL Mengucapkan * SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1440 HIJRIAH - TAQOBALALLAHU MINNA WAMINKUM SIAMANNA WASIAMAKUM - MINAL AIDIN WAL FAIDZIN - Mohon Maaf Lahir dan Batin *

Selasa, 08 November 2011

UJIAN & COBAAN BAGIAN DARI IBADAH

Saya percaya setiap kita pasti pernah mengalami yg namanya kesusahan.
Baik kecil maupun besar. Baik ringan maupun berat. Dari mulai persoalan pribadi, rumah tangga, hubungan keluarga, sakit, kondisi pekerjaan, status sosial, usaha yg jatuh bangun dan sering bangkrut, banyak hutang, sulit berhasil, dan masih banyak hal lain yg tidak mungkin disebutkan satu per satu.

 Kalau mau diakui, hidup ini sebenarnya adalah ‘kumpulan dari kesulitan’. Dan setiap kesulitan sudah disandingkan Tuhan dengan jalan keluar. Tinggal kita berusaha mencari jalan keluar yg sdh disiapkan Tuhan tsb.

Contohnya adalah perjalanan seorang bayi yg belajar utk bisa berdiri. Mulai dari mengangkat pantatnya, hingga meluruskan kakinya semua perlu proses jauh bangun. Tidak pernah bayi yg mau belajar berdiri langsung bisa berdiri dalam sekali usaha.
 Begitu juga ketika sang bayi mau berjalan. Tidak pernah bayi bisa langsung berjalan mulus ketika mulai belajar jalan. Adakalanya kaki kirinya menyenggol kaki kanan sehingga dia terjatuh. Adakalanya sang bayi menyenggol kursi tamu ketika jalan sehingga terjatuh ke lantai lalu keningnya benjol.

Begitu pula hakikatnya kesusahan yg dihadapi orang dewasa. Karena akal kita sudah berfungsi optimal, maka kesusahan yg kita hadapi tentu setara dengan Fungsi akal kita.
 Hanya Tuhan punya perhitungan sendiri utk memberi kesusahan (baca ; cobaan) pada setiap hamba-Nya. Kesusahan tsb disesuaikan dengan kapasitas akal yg Tuhan titipkan kepada kita. Jangan pernah sanksi atas kemampuan Tuhan utk memberi kapasitas kepada kita. Perhitungan Tuhan tidak akan meleset. Masalah yg kita terima sudah diperhitungkan sesuai kapasitas ‘indera’ yg dititipkan ke kita.

 Hanya masalahnya ada pada diri kita masing-masing.
 Apakah ada dosa yg telah kita lakukan dan kita belum minta ampun (bertobat) kepada Sang Pemberi Jalan Keluar..
 
Jika ada yg kurang atau salah dalam menyelesaikan masalah, maka perbaiki caranya. Jika ada dosa yg telah kita lakukan dan belum minta ampun kepada-Nya, maka segeralah minta ampun. Terus lakukan introspeksi itu semua dan jangan berhenti sebelum berhasil menemukan jalan keluar.

Jika kita mengeluh di tengah jalan, itu manusiawi. Namun cepat-cepat sadarkan diri kita bahwa inilah mungkin yg namanya proses pembelajaran. Dan suatu saat kita akan mengakui kebenaran kalimat bijak berikut : “Pengalaman adalah Guru yg paling berharga”.

 Kehidupan di dunia ini sebenarnya adalah kehidupan menuju akhirat. Ia adalah jembatan yang mesti dilalui oleh setiap manusia sebelum menempuh alam akhirat. Bahasa sederhananya, kehidupan dunia adalah medan persediaan dan persiapan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal sepanjang zaman. Ar-Raghib mengatakan, "Kekal adalah terbebasnya sesuatu dari segala macam kerusakan dan tetap dalam keadaan semula."

 Kehidupan dunia ini merupakan jembatan penyeberangan, bukan tujuan akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebagai sarana menuju kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Karena itu, Alquran menamainya dengan beberapa istilah yang menunjukkan hakikat kehidupan yang sebenarnya.

 ” Barangsiapa taat kepada Alloh dan Rasul-Nya, niscaya Alloh memasukkannya ke dalam surga. Dan barangsiapa yang mendurhakai Alloh dan Rasul-Nya, niscaya Alloh memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan.” QS. An-Nisaa’ (4) : 13,14

 Kualifikasi manusia di akhirat nanti akan ditentukan kualitasnya setelah melalui proses ujian ketaatan kepada Alloh yang begitu panjang selama ia hidup. Baik buruknya kualitas setelah dewasa sangat ditentukan oleh proses pemeliharaan sejak dini.

Ketika mendengar seorang teman mendapat kesuksesan, terkadang muncul rasa iri hati. Ingatlah bahwa rizki memang ditentukan Alloh berbeda-beda. Seperti pesan dari Abdullah bin Mas’ud r.a. : ” Relakanlah hatimu dengan sesuatu yang Alloh berikan untukmu, niscaya engkau menjadi orang yang paling kaya.”

 ” Janganlah kamu sekali-kali menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka, dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. ” QS. Al-Hijr (15); 88

 BEKAL BUAT HARI ESOK 

 "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Hasyr [59]: 18).

 Hari esok adalah hari akhirat. Hidup tidaklah akan disudahi hingga di dunia ini saja. Dunia hanyalah semata-mata masa untuk menanam benih. Adapun hasilnya akan dipetik di hari akhirat. Maka, beriman kepada hari akhirat menyebabkan rezeki yang Allah karuniakan di dunia memang telah Allah sediakan terlebih dahulu sebagai persediaan hari esok... Kelak di akhirat esok, amal kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

 Islam tidak memisahkan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi. "Ad-dunya mazra'atu alakhirah," dunia adalah tempat bercocok tanam untuk kepentingan hari esok, akhirat.

Seyogianyalah kita selaku orang-orang yang telah mengaku beriman memupuk imannya dengan takwa, lalu merenungkan hari esoknya, apa gerangan yang akan kita bawa untuk menghadap Allah.

Doa Bisa Mengubah Taqdir

Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa taqdir yang Allah ta’aala telah tentukan bisa berubah. Dan faktor yang dapat mengubah taqdir ialah doa seseorang.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ (الترمذي)

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah ta’aala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065)


Subhanallah…! Betapa luar biasa kedudukan do’a dalam ajaran Islam. Dengan do'a seseorang bisa berharap bahwa taqdir yang Allah ta’aala tentukan atas dirinya berubah. Hal ini merupakan sebuah berita gembira bagi siapapun yang selama ini merasa hidupnya hanya diwarnai penderitaan dari waktu ke waktu. Ia akan menjadi orang yang optimis. Sebab keadaan hidupnya yang selama ini dirasakan hanya berisi kesengsaraan dapat berakhir dan berubah. Asal ia tidak berputus asa dari rahmat Allah ta’aala dan ia mau bersungguh-sungguh meminta dengan do’a yang tulus kepada Allah ta’aala Yang Maha Berkuasa.


قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah ta’aala mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS Az-Zumar 53-54)

Demikianlah, hanya orang yang tetap berharap kepada Allah ta’aala saja yang dapat bertahan menjalani kehidupan di dunia betapapun pahitnya taqdir yang ia jalani. Ia akan senantiasa menanamkan dalam dirinya bahwa jika ia memohon kepada Allah ta’aala dalam keadaan apapun, maka derita dan kesulitan yang ia hadapi sangat mungkin berakhir dan bahkan berubah.


Sebaliknya, orang yang tidak pernah kenal Allah ta’aala dengan sendirinya akan meninggalkan kebiasaan berdo’a dan memohon kepada Allah ta’aala. Ia akan terjatuh pada salah satu dari dua bentuk ekstrimitas. Pertama, ia akan mudah berputus asa. Atau kedua, ia akan lari kepada fihak lain untuk menjadi sandarannya demi merubah keadaan. Padahal begitu ia bersandar kepada sesuatu selain Allah ta’aala –termasuk bersandar kepada dirinya sendiri- maka pada saat itu pulalah Allah ta’aala akan mengabaikan orang itu dan membiarkannya berjalan mengikuti situasi dan kondisi yang tersedia. Sedangkan orang tersebut dinilai sebagai seorang yang mempersekutukan Allah ta’aala dengan yang lain. Berarti orang tersebut telah jatuh ke dalam kategori seorang musyrik...!

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman, "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS Al-Mu’min 60)

Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa seorang muslim tidak boleh pernah berhenti meminta kepadaNya, karena sikap demikian merupakan suatu kesombongan yang akan menjebloskannya ke dalam siksa Allah ta’aala yang pedih. Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدْعُ اللَّهَ غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ

“Barangsiapa tidak berdo’a kepada Allah ta’aala, maka Allah ta’aala murka kepadaNya.” (HR Ahmad 9342)
Saudaraku, janganlah berputus asa dari rahmat Allah ta’aala. Bila Anda merasa taqdir yang Allah ta’aala tentukan bagi hidup Anda tidak memuaskan, maka tengadahkanlah kedua tangan dan berdo’alah kepada Allah ta’aala. Allah ta’aala Maha Mendengar dan Maha Berkuasa untuk mengubah taqdir Anda. Barangkali di antara do’a yang baik untuk diajukan sebagai bentuk harapan agar Allah ta’aala mengubah taqdir ialah sebagai berikut:


اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai istirahat untukku dari segala keburukan.” (HR Muslim 4897)

Sumber : oleh Yusuf Mansur Network pada 19 Oktober 2011 jam 16:43 http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/doa-bisa-mengubah-taqdir.htm

Rabu, 19 Oktober 2011

KISAH ROSULULLAH SAW MEMBELA MUSLIMAH

BEBERAPA waktu lalu, warga Jakarta dikejutkan oleh munculnya berita kasus pemerkosaan di sebuah angkutan umum. Peristiwa tersebut telah menyita perhatian publik, bahkan beberapa media memuatnya sebagai head line yang cukup menarik perhatian. Hal ini cukup menjadi bukti bahwa jilbab itu penting baik bagi keselamatan diri, maupun kehormatan agama Islam. Oleh karena itu, sebagai Muslimah, tidak sepatutnya mengenakan busana yang tidak diajarkan oleh Islam dan dicontohkan oleh istri-istri beliau.Keuntungan Berjilbab Silang pendapat pun tak terhindarkan. Masalah pemerkosaan bergeser pada masalah busana atau pakaian. Sebagian publik figur menilai bahwa memang sudah seharusnya kaum hawa menjaga diri dengan berpakaian syar’i. Namun sebagian yang lain bersikukuh untuk tetap menolak.

Terlepas dari silang pendapat yang terjadi di masyarakat, sebagai seorang Muslimah sudah barang tentu kita ingin selamat dari bahaya dan tentunya ancaman siksa dari Allah SWT.

Tulisan ini, tentu tidak dimaksudkan membela para pemerkosa.
Bagaimanapun, perilaku ini dilarang dan mendapat hukuman setimpal dalam Islam.

Namun, jauh akan lebih bermanfaat jika kaum Muslimah menjadikan kasus tersebut sebagai media introspeksi diri agar terhindar dari bahaya serupa. Pesan ini hanya untuk para Muslimah, bukan untuk yang beragama lain.

Sebagai ajaran universal, Islam sejak awal telah memberikan perhatian serius terhadap masalah busana. Seorang muslimah sungguh tidak dibolehkan (haram) membuka aurat mereka di depan umum atau terhadap laki-laki yang bukan muhrimnya. Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya;

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“ (QS: Al-Ahzab: 59)
 
Ayat tentang hijab di atas, secara redaksional ditujukan kepada Nabi, namun demikian esensi dari ayat tersebut berlaku bagi seluruh wanita yang beragama Islam (Muslimah).

Ditinjau secara historis, perintah menutup aurat ini sama sekali tidak seperti anggapan aktivis liberal yang suka memutar balik esensi ajaran Islam. Juga tidak seperti tuduhan mereka yang menilai bahwa jilbab dimaksudkan
untuk membatasi ruang gerak para wanita.

Akan tetapi perintah tersebut hadir lebih karena adanya upaya serius untuk melindungi jiwa raga muslimah dari beragam gangguan dan bahaya yang bisa merenggut kesucian atau kehormatannya.

Prof. Dr. Muhammad Chirzin, menegaskan dalam karyanya “Buku Pintar Asbabun Nuzul” bahwa perintah berjilbab pada para muslimah, pada hakikatnya lebih dikarenakan menjaga kesucian dan kehormatan mereka dari berbagai macam ancaman dan berbagai macam gangguan kejahatan. Sebagaimana kaum Muslimah di zaman Nabi yang selalu rentan diganggu oleh kaum munafik dan Yahudi.
 
Dalam sejarah, jilbab terbukti efektif melindungi kaum hawa dari berbagai macam gangguan dan kejahatan laki-laki tak berkahlak.


Kehormatan Muslimah

Sejak ayat ini turun, kaum hawa pada masa Rasulullah sepenuhnya terjaga kehormatannya. Pernah suatu ada seorang Muslimah diganggu oleh orang Yahudi, maka sesaat kemudian rasulullah saw pun mengintruksikan perang terhadap Bani Qainuqa, yang telah mengganggu keamanan dan kenyamanan wanita yang beriman.

Peristiwanya bermula ketika seorang Muslimah mendatangi kios emas di pasar Bani Qainuqa untuk suatu keperluan. Ketika tiba di kios, Muslimah itu melihat beberapa orang Yahudi. Sesaat kemudian, orang Yahudi itu mulai menggoda dan melecehkan Muslimah tadi. Bahkan Yahudi itu berani memaksanya untuk menampakkan wajahnya. Dan, Muslimah tadi menolak.

Sampai-sampai mereka berani melakukan sesuatu yang mempermalukan Muslimah itu. Secara diam-diam, tukang emas pemilik kios mengikatkan ujung kain Muslimah itu pada sebuah bangku atau pada bagian punggung pakainnya tanpa sepengetahuannya, hingga ketika Muslimah itu berdiri, tersingkaplah aurat wanita ini. Merekapun tertawa terbahak-bahak dan mencemooh. Seketika Muslimah itu berteriak sekeras-kerasnya dan meminta pertolongan.

Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah saw, maka saat itu juga perintah perang melawan Yahudi Bani Qainuqa menjadi satu keputusan tegas beliau.

Sebagai orang beriman, menurut aurat (berjilbab, red) tentu suatu keharusan. Namun ajaran Islam tak pernah memerintahkan sesuatu yang tak jelas manfaat dan alasannya. Demikian pula halnya dengan larangan.
Menurut aurat bagi Muslimah adalah perintah Allah dan rasul-Nya. Jika demikian pasti ada manfaat besar di balik perintah tersebut. Baik manfaat cepat di dunia dan pasti manfaat yang lebih besar lagi kelak di akhirat.

Wanita yang berjilbab insya Allah akan terhindar dari gangguan dan kejahatan pria tidak berakhlak. Lebih mudah beraktivitas di luar rumah, khususnya bagi Muslimah yang memiliki bayi yang masih minum ASI. Dengan berjilbab tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena bayi dapat minum ASI tanpa sang ibu malu karena terbuka auratnya.
Jilbab juga melindungi rambut dan kulit kepala dari sengatan terik mentari tatkala berada di area terbuka. Bahkan kulit pun akan tetap terjaga keasliannya, karena tidak terkena debu dan panas.

Secara psikis, jilbab juga akan memberikan self control yang baik. Jadi wanita lebih terpelihara ucapan dan perilakunya, sehingga terhindar dari keburukan akhlak. Oleh karena itu, secara otomatis jika para pengguna jilbab mengerti hakikat dasar jilbab, tentu mereka akan sangat disegani dan dihormati oleh siapapun juga.

Oleh karena itu, hendaknya para Muslimah dimanapun berada untuk bersegera menunaikan perintah Allah dan rasul-Nya dalam hal berbusana. Jangan terprovokasi oleh sebuah ungkapan yang menyatakan, ”Lebih baik tidak berjilbab tapi baik daripada berjilbab tapi hatinya busuk.” Ungkapan tersebut adalah ungkapan yang tidak bertanggung jawab dan disampaikan orang yang mengerti agama secara baik.

Ingatlah,  hati yang baik adalah hati yang kaya akan nutrisi iman. Dan, tidak mungkin seorang Muslimah yang mengaku beriman akan mengabaikan perintah Allah dan rasul-Nya.
 
Allah memerintahkan wanita menutup aurat, semata-mata agar terjaga jiwa raganya. 


Ancaman pembuka aurat

Bagi wanita yang mengaku beriman, tetapi masih bersikeras tidak mau menutup aurat,  sungguh ia telah merugi. Selain di dunia mereka hidup kurang terhormat, di akhirat mereka akan diminta pertanggungan jawab.

Rasulullah saw bersabda, “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian, namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Sungguh ironis, jika kelak mencium bau surga saja kita tidak bisa.
Hadits di atas menjelaskan tentang ancaman bagi wanita-wanita yang membuka dan memamerkan auratnya.
Maka dari itu, bersegeralah menurut aurat. Jangan sampai karena lalai terhadap cara berbusana, di akhirat pun, kita menjadi wanita yang mendapat azab keras dari Allah SWT. Na’udzubillahi min dzalik
oleh Yusuf Mansur Network pada 19 Oktober 2011 jam 10:55

Jumat, 14 Oktober 2011

TUJUH LANGIT, TUJUH MALAIKAT PENJAGA, DAN TUJUH AMAL SANG HAMBA

Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu.

Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma'dan, mereka berkata kepada Mu'adz bin Jabal, "Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau anggap sebagai hadits terpenting?"

Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan aku ceritakan..." Tiba-tiba Mu'adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, "Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali dengan beliau...". Kemudian Mu'adz melanjutkan:

Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah Saw. yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke langit dan bersabda, "Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu'adz....!

Labbaik, wahai penghulu para rasul....!

Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla....!

Wahai Mu'adz...
Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Mahatinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap tingkatan langitnya.

Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa'I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan
mensucikannya.

Namun tatkala sampai pada pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah... Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia -membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka mendengarnya- untuk dapat melewati pintu langit pertama ini....!!"

Kemudian keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, "Berhenti kalian...! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka ('aradla d-dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit berikutnya!" Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.

Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka...."

Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langit
pertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya..! Aku adalah malaikat penjaga sifat 'ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan...!"

Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari.
Namun sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu, "Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit berikutnya...!"

Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata, 'Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalan
si hamba tersebut ke wajah pemilikinya. Dia tidak memilki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju langit berikutnya...!'

Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara' (berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum'ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal ini
berbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta'ala secara ikhlas, maka dia telah berbuat riya', dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi dengan riya' tersebut....!'

Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta'ala.

Namun tanpa disangka Allah berfirman, 'Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku...! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar..... Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku....!!

Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu pengiringnya, 'Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami. Dan berkatalah seluruh petala langit, 'Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat sang hamba itu..!

Mendengar penuturan Rasulullah Saw. sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup keras...Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan lirihnya, "Wahai Rasulullah......Bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa yang telah engkau ceritakan tadi...??"

Rasulullah bersabda, "Oleh karena itu wahai Mu'adz.....Ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan...".

Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, "Engkau adalah Rasul Allah, dan aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal....Bagaimana aku bisa selamat dan lolos dari itu semua...??"

Nabi yang suci bersabda, "Baiklah wahai Mu'adz, apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran. Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala, "Demi yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar-benarnya..." (QS An-Naaziyat [79]: 2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencapat tulang........

Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz kembali bertanya dengan suaranya yang semakin lirih, "Wahai Rasulullah, Siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua....??"

"Wahai Mu'adz...! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.... Oleh karena itu cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya.....!!"

Khalid bin Ma'dan kemudian berkata bahwa Mu'adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis pertemuannya.

Al-Ghazali Rahimahullah kemudian berkata, "Setelah kalian mendengar hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsarnya yang sungguh menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman. Juga di siang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu berdoa kepada Allah Ta'ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan rahmat Allah Ta'ala semata.

Dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan hadirnya hidayah, taufiq serta inayah-Nya semata. Bangunlah kalian dari lengahnya orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam tanjakan yang menakutkan ini. Mudah-mudahan kalian tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka. Dan mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta'ala, kapan saja dan dalam kadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha Menolong dengan sebaik-baiknya...

Wa laa haula wa laa quwwata illa billaah...

Sumber : http://www.hudzaifah.org/Article220.phtml

KISAH ALI BIN ABI THALIB & KELUARGA - BERSEDEKAH DIKALA SULIT


Suatu hari Ali bin Abi Thalib mendapati kedua anaknya, Hasan dan Husain, sakit. Bahkan kedua cucu Baginda Rasulullah SAW itu mengalami sakit yang cukup lama sehingga Ali pun bernazar, “Jika Hasan dan Husain sembuh, aku akan berpuasa selama tiga hari”. Rupanya Allah mendengar nazar Ali tersebut hingga Hasan dan Husain pun sembuh.

Ali bin Abi Thalib bersama isterinya, Fatimah Az Zahra, pun berpuasa. Menjelang tiba waktu berbuka di hari pertama, hanya tersedia dua potong roti untuk makanan berbuka. Ketika waktu berbuka tiba, belum lagi keduanya menyantap roti tersebut, datang seorang fakir miskin yang mengetuk pintu mereka seraya meminta makanan lantaran perutnya belum terisi sejak beberapa hari. Urunglah Ali dan Fatimah melahap roti yang sudah digenggamnya, mereka pun meneruskan berpuasa hingga keesokan harinya.

Di hari kedua berpuasa, mereka pun hanya memiliki sepotong roti untuk dimakan berdua pada waktu berbuka nanti. Seperti halnya hari kemarin, tiba saatnya berbuka, pintu pun kembali terdengar diketuk seseorang. Rupanya seorang anak yatim yang meminta makanan karena kelaparan. Tak kuasa menahan iba, Ali pun memberikan sepotong roti itu kepada anak yatim itu. Keduanya kembali berpuasa.

Ujian memang selalu diberikan Allah kepada orang seperti Ali dan Fatimah. Bahkan di hari ketiga berpuasa pun, sepotong roti yang mereka punya pada saat menjelang berbuka ikhlas mereka berikan kepada seorang tawanan yang baru saja bebas namun tak mempunyai makanan. Ali, Fatimah, dan kedua anaknya, Hasan dan Husain mengerti bahwa semua ini hanyalah ujian kesabaran dari Allah.

Sebuah pelajaran yang teramat mengharukan dari keluarga Ali bin Abi Thalib dan keluarganya yang penyabar. Betapa Allah tengah menguji mereka, akankah mereka tetap beriman dan mau menyedekahkan rezeki milik mereka kepada orang lain, meskipun mereka teramat membutuhkan. Bahkan kisah yang teramat indah ini Allah lukiskan dalam Al-Quran Surat Al-Insaan (76): 8-10, agar menjadi pelajaran bagi kebanyakan manusia.

Memberi di saat berlebih adalah hal mudah, meski tidak semua orang melakukannya. Tetapi memberi di saat kita membutuhkan, hanyalah orang-orang yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah di surga kelak yang sanggup melakukannya. Butuh perjuangan, keikhlasan dan kesabaran untuk meniru apa yang dilakukan Ali bin Abi Thalib beserta keluarganya. Tentu saja kita bisa, jika kita mau.

“... barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia berbuat kebaikan...” (QS. Al-Kahfi:110)

oleh Yusuf Mansur Network on Facebook pada 11 Oktober 2011 jam 14:03

Kamis, 29 September 2011

DOWNLOAD GENDING-GENDING JAWA

Yang mo download musik gending-gending jawa dapat di unduh disini


pokoknya dijamin nglaras karena gending-gendingnya nyamleng tenan.

selamat mengunduh.

Rabu, 28 September 2011

Cara Upload File PDF, MP3, Film dan Video di Blog

Pada dasarnya, Blogger sangatlah berbeda dengan Wordpress. Bila di Wordpress semua fitur bisa dikatakan lengkap berbeda halnya dengan Blogger, contoh saja tentang upload file PDF. Di wordpress, kita langsung bisa meng-upload file PDF dengan hanya menekan tombol Upload file tetapi di Blogger kita harus mengakalinya dengan cara memakai Ziddu.com atau 4Shared.com. Kedua situs ini khusus untuk anda yang ingin meng-upload file, video, music, film, bahkan aplikasi sekaligus. Setelah anda meng-upload, barulah kita copy link yang ada disana lalu kita berikan di blog kita. Untuk lebih jelasnya ikuti langkah berikut :

Sebagai contoh saya memakai 4shared.com, untuk ziddu.com caranya pun sama.
1. Buka www.4shared.com .
2. Setelah berada di halaman anda harus Register terlebih dahulu.

Klik Sign Up

Lalu anda harus mengisi formulir
3. Setelah register nanti anda akan dibawa ke halaman awal.
4. Setelah berada di halaman awal, Klik Browse (yang berada di bawah halaman awal) Lalu klik Upload
    (anda bisa memilih banyak file agar dapat di download).
5. Tunggu beberapa saat untuk proses Upload.
6. Setelah proses Upload selesai akan ada Kode (bisa anda gunakan URLnya)yang muncul di layar, lalu
    copy kode tersebut ke dalam postingan anda untuk dijadikan link download.

Contoh:


7. Setelah selesai barulah kita post artikel.

Untuk MP3 :
1. Ikuti langkah 1-5.
2. Setelah Upload MP3 selesai, klik Done lalu klik MP3 yang anda Upload.
3. Klik Play, setelah itu anda akan diberikan kode Embeded-nya dan copy kedalam postingan anda.

NB:
- Untuk proses Upload tergantung dari berapa besar ukuran file dan kecepatan upload koneksi anda.
- Untuk mencoba apakah program/file yang anda simpan itu tadi berhasil atau tidak, maka sebelum di
  download oleh pengunjung situs maka anda coba terlebih dahulu.

Sumber: 4Shared.com

Sabtu, 20 Agustus 2011

Contoh Muqoddimah (pembukaan) sebelum Caramah / Pidato

Berikut ini adalah contoh-contoh mukaddimah (pembukaan) untuk ceramah / pidato  beserta arti.
Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan, karena keterbatasan ilmu yang saya miliki.




الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ

Artinya: Segala puji bagi Allah Sang Penguasa alam semesta. Semoga salawat serta keselamatan tercurahkan selalu kepada Nabi dan Rasul termulia. Berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, semuanya.



نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ

Artinya: Kami panjatkan segala puji padaNya dan kami meminta pertolonganNya. Seraya memohon ampun dan meminta perlindunganNya dari segala keburukan jiwaku dan dari kejelekan amaliahku. Barangsiapa yang telah Allah tunjukkan jalan baginya, maka tiada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa yang telah Allah sesatkan jalannya, maka tiada yang bisa memberinya petunjuk. Ya Allah limpahkanlah salawat dan salam bagi Muhammad saw berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, semuanya.



الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ

Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah memberi sebaik-baik nikmat berupa iman dan islam. Salawat dan doa keselamatanku terlimpahkan selalu kepada Nabi Agung Muhammad Saw berserta keluarga dan para sahabat-sahabat Nabi semuanya



الْحَمْدُ ِللهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَمَّا بَعْدَهُ

Artinya: Puji syukur kepada Allah dan doa salawaat serta doa keselamatan kepada rasulullah junjungan dan pembimbing kita, Nabi Muhammad bin Abdillah.