SEGENAP KELUARGA BESAR HARIS SUROTO SGL Mengucapkan * SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1440 HIJRIAH - TAQOBALALLAHU MINNA WAMINKUM SIAMANNA WASIAMAKUM - MINAL AIDIN WAL FAIDZIN - Mohon Maaf Lahir dan Batin *

Rabu, 05 September 2012

TINGKATAN AMAL MENAIKAN DERAJAT

Umur manusia pendek dan terbatas, maka dengan karunia Allah yang diberikan kepadanya, ia dapat memperpanjang umurnya dengan melakukan amalan yang mengalir pahalanya (jariyah). Dia terus dianggap hidup walaupun dia telah meninggal dunia, dia tetap ada dengan amal shaleh yang pernah dilakukannya, walaupun jasadnya telah tiada. Sebuah hadis...t menjelaskan contoh shadaqah jariyah ini sebanyak tujuh macam. Yaitu dalam sabda Nabi saw artinya : "Sesunggguhnya amalan dan perbuatan baik yang akan menyusul seorang mu'min setelah dia meninggal dunia kelak ialah ilmu yang dia ajarkan dan sebarkan, anak shaleh yang dia tinggalkan, mushaf al-Qur'an yang dia wariskan, masjid yang dia bangun, rumah tempat singgah musafir yang dia bangun, sungai yang dia alirkan, dan shadaqah yang dia keluarkan ketika dia sehat dan masih hidup. Semua ini akan menyusul dirinya ketika dia meninggal dunia kelak." ( Al-Hafizh al-Mundiri berkata, "Hadits ini diriwayatkan oleh Ibn Majah dan Baihaqi dengan isnad hasan; dan juga diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah di dalam Shahih-nya seperti itu. (Kitab al-Muntaqa min at-Targhib wat-Tarhib, hadits no. 75)

"Apabila seorang manusia meninggal dunia maka terputuslah amal perbuatannya kecuali tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu Agama yang dimanfaatkan, anak shaleh yang berdo'a kepadanya."

( Diriwayatkan oleh Muslim dan Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad; dan diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai dari Abu Hurairah r.a., ibid., 793)

Al-Qur'an menjelaskan bahwa sesungguhnya perbuatan manusia di sisi Allah itu memiliki berbagai tingkatan.

Diantara prioritas yang sebaiknya diterapkan dalam pekerjaan manusia ialah prioritas terhadap perbuatan yang banyak mendatangkan manfaat kepada orang lain. Sebesar manfaat yang dirasakan oleh orang lain, sebesar itu pula keutamaan dan pahalanya di sisi Allah SWT.

Oleh sebab itu, jenis perbuatan jihad adalah lebih afdal daripada ibadah haji, karena manfaat ibadah haji hanya dirasakan pelakunya, sedangkan manfaat jihad dirasakan oleh umat. Sehubungan dengan hal ini, Allah SWT berfirman:

"Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus masjid al-Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak memberikan petunjuk; kepada kaum yang zalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan." (at-Taubah: 19-20)

Imam Bukhari meletakkan satu bab tentang ilmu dalam Jami' Shahih-nya, dengan judul "Ilmu itu Mendahului Perkataan dan Perbuatan." Para pemberi syarah atas buku ini menjelaskan bahwa ilmu yang dimaksudkan dalam judul itu harus menjadi syarat bagi ke-shahih-an perkataan dan perbuatan seseorang. Kedua hal itu tidak dianggap shahih kecuali dengan ilmu; sehingga ilmu itu didahulukan atas keduanya.

Imam Hasan al-Bashri memperingatkan orang yang tekun beribadah dan beramal, tetapi tidak membentenginya dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman. Dia mengucapkan perkataan yang sangat dalam artinya,

"Orang yang beramal tetapi tidak disertai dengan ilmu pengetahuan tentang itu, bagaikan orang yang melangkahkan kaki tetapi tidak meniti jalan yang benar. Orang yang melakukan sesuatu tetapi tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu itu, maka dia akan membuat kerusakan yang lebih banyak daripada perbaikan yang dilakukan. Carilah ilmu selama ia tidak mengganggu ibadah yang engkau lakukan. Dan beribadahlah selama ibadah itu tidak mengganggu pencarian ilmu pengetahuan. Karena ada sebagian kaum Muslimin yang melakukan ibadah, tetapi mereka meninggalkan ilmu pengetahuan ( Ibn Hazm dalam bukunya, Miftah Dar al-Sa'adah, h. 82 )

Imam Izzuddin bin Abd al-Salam merinci cara untuk mengetahui bemaslahan dan kerusakan, berikut peringkat-peringkatnya.

Dengan jelas beliau menulis dalam bukunya, Qawa'id al-Ahkam Mashalih al-Imam: "Kebanyakan kemaslahatan dunia dan kerusakannya dapat diketahui dengan akal, sekaligus menjadi bagian terbesar dari syari'ah; karena telah diketahui bahwa sebelum ajaran agama diturunkan, orang yang berakal telah mengetahui bahwa usaha untuk mencapai suatu kebaikan dan menghindarkan terjadinya suatu kerusakan dari diri manusia, menurut pandangannya merupakan sesuatu yang terpuji dan baik. Mendahulukan kemaslahatan yang dianggap paling penting juga dinilai sesuatu yang terpuji dan baik. Dan penolakan terhadap kerusakan dianggap paling membahayakan juga dianggap sesuatu yang terpuji dan baik. Mendahulukan suatu kemaslahatan yang diterima (rajih) atas kemaslahatan yang tidak diterima (marjuh) juga merupakan sesuatu terpuji dan baik. Dan penolakan terhadap kerusakan yang dianggap pasti atas penolakan yang belum dianggap pasti juga merupakan sesuatu yang baik."
 
Sumber: Yusuf Mansyur Network on Facebook.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar